
Gelombang Aksi Protes Nasional di AS Menentang Trump Kembali Memanas
Gelombang demonstrasi besar-besaran kembali mengguncang Amerika Serikat dalam beberapa hari terakhir. Ribuan warga turun ke jalan di lebih dari 1.600 kota dan daerah untuk menyuarakan penolakan terhadap sejumlah kebijakan kontroversial dari mantan Presiden Donald Trump. Aksi ini disebut sebagai salah satu unjuk rasa terkoordinasi terbesar sejak era pandemi COVID-19.
Para pengunjuk rasa membawa spanduk, mengenakan pakaian simbolik, dan meneriakkan slogan-slogan seperti “No more Trumpism” dan “Protect our democracy”. Aksi ini dipicu oleh kekhawatiran akan potensi kembalinya Trump ke kursi kepresidenan pada pemilu mendatang, serta isu-isu seperti diskriminasi, pembatasan hak aborsi, hingga pemangkasan dana sosial dan kesehatan masyarakat.
Di Washington DC, ribuan orang berkumpul di sekitar National Mall dalam aksi damai yang dihadiri berbagai elemen masyarakat, termasuk aktivis HAM, buruh, pelajar, hingga kelompok minoritas. Unjuk rasa juga berlangsung serentak di kota-kota besar seperti New York, Los Angeles, dan Chicago.
Para analis politik menilai bahwa gerakan ini merupakan sinyal kuat bahwa sebagian masyarakat AS tidak menginginkan pengulangan masa pemerintahan Trump. Meski begitu, kubu pendukung Trump juga menggelar aksi tandingan di beberapa tempat, menandakan polarisasi yang masih tajam di tengah masyarakat Amerika.
Hingga saat ini, aksi berlangsung relatif damai, meski aparat keamanan tetap berjaga untuk menghindari gesekan. Banyak pihak berharap agar demonstrasi ini dapat menjadi momentum refleksi nasional menjelang pemilu presiden 2026.