
Pemerintah Indonesia dan sejumlah perusahaan besar Amerika Serikat resmi menandatangani kesepakatan bisnis senilai US$34 miliar dalam kunjungan kenegaraan yang berlangsung awal Juli 2025. Kerja sama ini mencakup sektor energi dan pertanian, dengan harapan dapat mempererat hubungan ekonomi kedua negara di tengah dinamika global yang semakin kompleks.
Penandatanganan dilakukan oleh BUMN energi Indonesia, Pertamina, bersama perusahaan raksasa AS seperti ExxonMobil dan Chevron. Dalam nota kesepahaman tersebut, kedua belah pihak sepakat mengembangkan proyek-proyek strategis di bidang energi rendah emisi, termasuk pengembangan hidrogen, bioenergi, dan teknologi penangkapan karbon.
Selain sektor energi, Indonesia juga menyepakati pembelian sejumlah komoditas pertanian dari Amerika Serikat seperti jagung, kedelai, dan kapas. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, sekaligus menstabilkan harga bahan pokok dalam negeri.
Presiden Prabowo Subianto menyatakan bahwa kesepakatan ini mencerminkan kepercayaan dunia internasional terhadap iklim investasi Indonesia. Ia juga menekankan pentingnya kerja sama saling menguntungkan dan keberlanjutan ekonomi dalam menghadapi tantangan geopolitik dan perubahan iklim.
Sementara itu, perwakilan dari pemerintah AS menyambut baik inisiatif ini, menyebut Indonesia sebagai mitra strategis yang memiliki peran penting dalam rantai pasok global, khususnya di kawasan Indo-Pasifik.
Kesepakatan ini juga dipandang sebagai sinyal kuat bahwa kedua negara berkomitmen untuk terus memperdalam hubungan ekonomi yang berkelanjutan, adil, dan terbuka.