
Ketegangan Memuncak: Rusia Tegaskan Syarat Baru untuk Perjanjian Senjata Nuklir
Dalam perkembangan terbaru diplomasi global, Rusia menyatakan bahwa pihaknya tidak akan menandatangani perjanjian pengendalian senjata nuklir baru dengan Amerika Serikat atau negara Barat lainnya, kecuali jika keamanan nasional Rusia benar-benar diperhitungkan.
Pernyataan ini muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan negara-negara NATO, khususnya setelah beberapa ekspansi militer dan latihan gabungan yang dianggap Moskow sebagai ancaman langsung. Pemerintah Rusia menginginkan agar setiap kesepakatan baru tidak hanya membahas jumlah senjata nuklir, tetapi juga mencakup elemen-elemen strategis lain seperti penempatan sistem pertahanan rudal dan kehadiran militer di wilayah perbatasan.
Diplomat senior Rusia menyatakan bahwa pendekatan lama yang hanya fokus pada pengurangan jumlah hulu ledak tidak lagi relevan. Mereka menginginkan adanya kerangka kerja yang mengikat dan seimbang agar kestabilan strategis tetap terjaga.
Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya menekankan pentingnya transparansi dan verifikasi dalam proses pengendalian senjata. Washington juga menyoroti perlunya menanggapi ancaman baru seperti senjata hipersonik dan sistem serangan siber yang kini menjadi bagian penting dari strategi militer modern.
Meskipun belum ada jadwal resmi pertemuan lanjutan, para pengamat memperkirakan bahwa negosiasi akan semakin sulit karena situasi geopolitik yang terus memburuk, terutama dengan konflik yang masih berlangsung di Ukraina dan tekanan internasional terhadap Rusia.
Ke depan, dunia menunggu apakah dua kekuatan nuklir terbesar ini bisa menemukan titik temu demi menghindari perlombaan senjata baru yang berisiko pada keamanan global.