
Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali menggemparkan dunia internasional dengan pernyataan bahwa dirinya akan menaikkan tarif impor terhadap negara-negara anggota BRICS jika terpilih kembali dalam pemilu mendatang. Langkah ini memicu respons dari berbagai negara, termasuk Indonesia yang menjadi mitra dagang dengan negara-negara BRICS.
BRICS merupakan kelompok ekonomi yang terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, serta kini berkembang dengan tambahan negara-negara baru seperti Iran dan Mesir. Dalam pidatonya, Trump menyebutkan bahwa ekonomi AS telah dirugikan oleh surplus ekspor negara-negara BRICS dan kebijakan balasan diperlukan untuk melindungi industri domestik.
Pemerintah Indonesia merespons wacana ini dengan sikap hati-hati. Kementerian Perdagangan menyatakan bahwa setiap kebijakan tarif dari negara besar seperti AS pasti memiliki konsekuensi sistemik terhadap rantai pasok global, termasuk negara berkembang.
“Bila ada kenaikan tarif terhadap negara-negara BRICS, efek tidak langsungnya akan terasa juga ke mitra dagang mereka, termasuk kita. Ini adalah bagian dari dinamika global yang perlu kita sikapi dengan kesiapan,” ujar seorang pejabat Kementerian Perdagangan, Rabu (10/7/2025).
Langkah Trump itu dinilai sebagai bentuk kebijakan proteksionisme yang ekstrem. Meski belum resmi berlaku, pengumuman ini telah menimbulkan ketidakpastian di sektor perdagangan internasional dan pasar keuangan. Para pelaku usaha pun mulai mengantisipasi kemungkinan kenaikan biaya logistik dan hambatan distribusi lintas negara.
Sementara itu, negara-negara BRICS belum mengeluarkan pernyataan resmi, namun sejumlah analis memprediksi bahwa mereka akan mempererat hubungan ekonomi internal untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS.
Indonesia, meski bukan anggota BRICS, memiliki kerja sama erat dalam hal ekspor-impor terutama dengan China dan India. Oleh karena itu, peningkatan tarif AS terhadap negara-negara tersebut akan tetap berdampak pada neraca perdagangan nasional.
“Penting bagi kita untuk memperluas pasar alternatif dan memperkuat integrasi regional agar tidak terlalu bergantung pada arus perdagangan global yang sangat dipengaruhi oleh politik,” tambahnya.
Pemerintah Indonesia menyatakan siap melakukan langkah diplomasi dan penyesuaian strategi perdagangan bila kebijakan Trump benar-benar diterapkan pada masa mendatang.